Thursday, April 23, 2020

Work From Home: Kembali Jadi Freelancer Rumahan


Sekian lama menghilang dari kegiatan blogging, akhirnya saya memutuskan untuk kembali lagi. Sebenarnya sudah lama kangen nge-blog, tapi karena kesibukan kerja dan wara-wiri di dunia nyata, jadi saya vakum dulu sementara. Nah, sekembalinya saya ke dunia blogging, ada satu cerita yang saya bawa sejak pertama mulai menulis lagi. Ini nggak lain tentang kehidupan di masa pandemi yang sedang kita semua alami. Tapi saya gak mau bahas tentang virus, kalian semua pasti sudah bosan mendengar, melihat dan membacanya di seluruh media. Sesuai sama judulnya kok, saya mau bahas perihal Work From Home a.k.a WFH semenjak perusahaan tempat saya bekerja menerapkan kebijakan tersebut.

Jadi, perusahaan tempat saya bekerja menerapkan WFH sejak tanggal 20 Maret 2020, awalnya saya merasa nggak setuju karena toh jarak dari tempat tinggal ke kantor lumayan dekat, jadi buat apa WFH?. Tapi ternyata yang saya gak sadari adalah efeknya apabila kegiatan berkumpul di satu tempat memberi kemungkinan besar tertular virus. Well, hari pertama WFH saya agak merasa antusias karena pertama kali jumpa kawan melalui video conference. Itu artinya saya tetap harus mandi pagi dan berdandan. Biasalah, perempuan, dan saya juga tipe orang yang gak betah kalau kerja gak dalam keadaan "fresh". Sayangnya, di hari pertama saya mulai merasa kebingungan dan gak nyaman, tapi saya coba untuk tetap fokus ngerjain kerjaan saya. Kalian ada merasa gitu juga gak sih?

And then, hari ke-2, ke-3 WFH dan seterusnya saya bener-benar kehabisan ide dan merasa gak semangat kerja, bahkan setelah saya mengambil cuti 3 hari pun saya masih gak semangat dan gak fokus sama sekali. Di sela-sela waktu WFH juga, kadang saya gunakan untuk tidur, mandi, masak, pergi belanja, bahkan netflix-an. Stop! jangan ditiru. Hahaha. Ada yang kayak saya juga? 10 hari WFH berlalu, akhirnya setelah dikejar deadline saya pun memutuskan kejar konten dalam semalam untuk 2 minggu ke depan. Alhamdulillah, kelar! Pastinya seneng, tapi tetap hal kayak gitu gak boleh jadi kebiasaan. Tapi semenjak WFH, jam tidur saya jadi berantakan banget, berat badan saya juga turun 3 kilo, kemalasan bertambah, kehidupan jadi membosankan. Padahal, saya bangun dari seorang freelancer yang sudah habit-nya kerja dari rumah, cari ide tetap di rumah, ya pokoknya gak kemana-mana. Tapi masih aja merasa bingung harus melakukan apa ketika benar-benar dirumahkan. 

Tapi itu kemarin-kemarin saat saya memang tidak di rumah sendiri, alias saat jadi anak mess. Sekarang setelah kembali ke habit dan ke tempat di mana saya mulai, saya tau harus berbuat apa di kondisi seperti ini. Saya juga jadi jarang kehabisan ide, setiap hari ada aja yang bisa saya lakukan, misal ikut online course, baking, cooking, mengurus tanaman, bikin prosa, baca buku, belajar desain, sampai ngotak-ngatik blog. Dan akhirnya saya mulai menulis lagi. Memang selama WFH ini saya merasa kembali jadi freelancer rumahan lagi kayak dulu, cuma bedanya ada team-nya. Sedangkan dulu saat saya freelance saya gak punya tim dan kalau kehabisan ide gak di handle siapa-siapa jadi terpaksa harus memutar otak agar terus mengalir idenya. 

Hmm, tiba-tiba jadi mau bahas ini deh, ada gak sih dari kalian yang WFH dan baca blog ini mengalami ketidakpastian nasib kerja dari perusahaan seperti saya? Awalnya setelah diberi penjelasan sih saya terima aja karena pilihannya cuma dua, bertahan atau udahan "kayak pacaran aja :D" hahaha. Jadi waktu itu saya pilih bertahan karena perusahaan masih memenuhi kewajibannya dan saya juga masih bisa tinggal di mess dengan segala fasilitasnya. Tapi setelah WFH dihentikan sementara alias tidak bekerja, kelanjutan dari nasib kerja pun jadi tidak ada kepastian. Tidak bekerja sementara ternyata sama rasanya seperti menjadi pengangguran, walaupun setelah jeda ini tetap akan kembali WFH "katanya". Entahlah, meskipun begitu rezeki pasti gak akan tertukar, ya kan :)






signature

No comments:

Post a Comment

< > Home
Not A Planning Blog © , All Rights Reserved.