Thursday, August 18, 2022

Finally, I am Officially Getting Married 😇

    

    Mendengar kata menikah, jadi teringat dulu saya dan 2 sahabat saya dalam sebuah perbincangan disuatu sore tepatnya 11 tahun lalu, menebak-nebak siapa yang akan menikah lebih dulu diantara kami bertiga. Sebut saja keduanya Tita dan Yuli, ketika itu saya dan Tita menebak begitu yakin, bahwa diantara kami bertiga, yang akan menikah lebih dulu adalah Yuli. Bukan tanpa sebab saya dan Tita menebaknya begitu, justru karena dari kami bertiga hanya Yuli yang memiliki pacar mapan diusianya yang belum menginjak 20 tahun. Sedang, saat itu saya dan Tita justru malah sedang antusias memikirkan bagaimana kami akan membangun karir sebelum memutuskan untuk menikah. Namun, kala itu kami juga iseng-iseng berandai ingin menikah di usia 25-27 tahun. Sungguh ya, saya baru sadar kalau obrolan yang ketika itu saya pikir hanya sebuah andai-andai, ternyata begitu dalam. 

    Di usianya yang belum menginjak 20, Yuli menikah dengan pria pilihannya, dan kami berpencar menjalani kehidupan baru masing-masing. Tita sibuk dengan kuliahnya dan kekasihnya, sedang saya sibuk berkelana, menjadi seorang blogger dan hidup berpindah-pindah. Hingga suatu waktu saya kembali berkomunikasi dengan Tita sahabat saya setelah kami berpisah bertahun-tahun, tidak saling berkomunikasi seperti ketika sekolah dulu. Di usianya yang ke-26 Tita memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya, dan tak lama berselang, saya pun menikah di usia 27. Setelahnya, kami bertiga bertemu kembali dan mengenang masa-masa ketika kami berpisah cukup lama, banyak hal luar biasa terjadi dalam hidup kami. 

    Waaah, maaf ya openingnya terlalu panjang nih. hehe :D

Setelah menjalani kehidupan asmara yang pasang surut, pencarian yang seringnya berakhir gagal, finally! I am officialy getting married dengan seseorang yang tidak terduga, sesorang ternyata saya butuhkan dan menerima buruk baiknya saya. Walau agak lebay tapi akhirnya saya menemukan orang yang benar-benar ingin menjalani hidupnya bersama saya. I was so amazed! padahal awal pacaran memang gak expect bakal nikah atau la la la, kayak cuma ya sudah kita senang-senang aja dulu. Dan, ya! sekarang kehidupan saya memasuki babak baru yang akan lebih panjang dengan berbagai lika-liku di dalamnya. 

Obrolan 11 tahun lalu itu sekarang jadi seperti kaset yang bisa diputar kapan aja dengan player tape, barangkali memang banyak rencana-rencana atau andai yang akhirnya tercapai dan terjadi. Kita gak pernah tau. Tapi yang pasti, segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini selalu tepat waktu. 

Kamu yang belum menikah gak perlu terburu-buru, apalagi hopeless. Karena menikah bukanlah perlombaan dan bukan hal yang wajib, semua terjadi ketika kita mau, kita siap dan ketika sudah waktunya. Menikah bisa dibilang ibadah paling panjang dan paling lama. Menikah gak seindah yang diframing dalam foto, film, atau apapun. Sebab, rasa bahagia, sedih, dan marah dalam pernikahan adalah hal yang lumrah yang bisa kita ciptakan bersama pasangan. 

Walaupun pernikahan yang saya jalani ini baru seumur jagung, tapi hari demi hari yang saya dan pasangan laluin adalah untuk belajar bersama. Belajar apa aja? ya belajar sabar, belajar mengatur perasaan, belajar mendengar dan menyemangati tanpa henti, belajar menerima satu sama lain, pokoknya banyak-banyak belajar. Untuk jadi versi terbaik dari diri kita, gak perlu takut untuk trial and error. Karena yang jelas, hidup ini berjalan tidak sesuai dengan yang kita inginkan.



signature

Saturday, June 18, 2022

Become a Freelancer: Mendapatkan Job Pertama

 

     Waktu pertama kali mau jadi freelancer, temen-temen pasti bingung gimana caranya mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian atau caranya mendatangkan klien pertama. Sama kok, saya juga dulu begitu, sering merasa bingung padahal saya merasa sudah sangat siap. Tapi ternyata kesiapan aja nggak cukup kalau gak dibarengi dengan usaha. Nah, gimana sih dan apa aja sih yang harus diusahakan? Sebenarnya tiap orang punya cara yang berbeda, tapi di sini saya mau share berdasarkan pengalaman saya aja ya. Siapa tau ini berguna atau cukup works bagi sebagian dari temen-temen yang mau jadi freelancer.

Di postingan sebelumnya, saya udah cerita sedikit tentang awal mula saya memutuskan menjadi seorang freelancer *jangan lupa dibaca ya hehe :D. Selanjutnya, setelah berbulan-bulan saya fokus menulis artikel di salah satu blog saya dan menyebarkannya ke media sosial, akhirnya saya mendapatkan job pertama saya sebagai penulis. Iyess, berawal dari kecintaan saya menulis sampai iseng-iseng membuat blog, dan, memposting berbagai hal yang saya sukai di sana. 

    Ketika itu ada seorang teman di media sosial yang satu grup fb dengan saya tiba-tiba menghubungi lewat private message. Waktu itu saya pikir beliau mau memberikan kritik atau saran dari tulisan saya di blog, ternyata salah. Panjang lebar obrolan saya dengan beliau intinya adalah beliau ini ingin dibuatkan sepuluh artikel sesuai dengan kata kunci yang sudah disiapkan. 

Jujur waktu itu saya agak kaget dan bingung ketika beliau tanya harga satu artikel bahasa indonesia dengan jumlah 500 kata. Ini karena saya belum punya harga bahkan belum tau harus memberikan harga berapa. Tapi dengan gerakan cepat, saat itu saya buru-buru mencari informasi tentang harga artikel sesuai dengan jumlah kata-nya. Dan Alhamdulillah ternyata banyak jasa penulis yang mencantumkan harga artikel mereka. 

Meskipun banyak harga yang menggiurkan ketika itu, saya tahu betul saya ini seorang pemula yang masih belum pantas mematok harga tinggi. Jadi ketika itu saya memutuskan membuat harga pemula yang terbilang murah tapi gak murahan. Teman saya pun setuju, lalu ia mengirimkan kata kunci yang sudah ia tentukan sendiri.

Dan, job pertama dimulai!

    Penulisan pertama adalah moment yang paling menegangkan buat saya. Meskipun udah sering menulis untuk blog sendiri, tapi ketika tulisan saya mendapatkan harga rasanya duh! Saya gak boleh mengecewakan, begitu kata hati saya :D

Satu minggu sudah, saya masih punya waktu 3 hari lagi untuk memberikan semua artikel yang telah saya tulis, namun tiba-tiba saja saya ngeblank. Saya jadi nggak tahu apa yang mau saya bahas dan semua konsentrasi saya buyar seketika. Ini adalah hal yang paling saya takutkan ketika mulai menjadi seorang penulis bayaran, sebab ada harga yang dibayarkan dan waktu yang ditentukan. 

Namun, akhirnya setelah waktu yang diberikan habis saya berhasil menyelesaikan semua dan mengirimnya. Hati saya bergumam dan merasa puas saat itu, ya gimana gak puas, kan itu job pertama yang saya pikir sudah selesai ya sudah saya dapat uang. Tapi nggak cukup sampai disitu ternyata, teman saya mengabarkan kalau ada kalimat yang ia rasa mengandung plagiasi. Tenang temen-temen, membuat kesalahan itu adalah normal selama kita mau berusaha memperbaikinya kok. Walaupun saat itu saya panik, bingung mengapa bisa ada plagiasi padahal saya tidak mencontoh kata-kata dari situs manapun.

    Plagiasi itu sebenarnya gak selalu berarti kita mencontoh atau mengambil kalimat dari situs lain, bisa juga karena kebetulan cara kita menyampaikan informasi melalui tulisan itu sama dengan penulis di situs mereka. Jadi gak perlu khawatir, kita cukup melakukan parafrasa alias mengubah bentuk ungkapan atau kalimat tanpa harus mengubah makna dari kalimat atau ungkapan itu sendiri. Contoh: "Elena yang saat itu berusia 22 tahun harus menerima kenyataan pahit," setelah parafrasa jadi "Di usianya yang baru 22 tahun, kenyataan pahit harus Elena terima". Kurang lebih seperti itu ya teman-teman :D hehe semoga bisa dipahami.

Lanjut ke pembahasan, jadi saat diinfokan tulisan saya mengandung plagiasi, saya langsung meminta tambahan waktu untuk memperbaiki semua tulisan tersebut, dan Alhamdulillah teman saya memberikan kesempatan itu dan sangat mendukung saya untuk belajar lebih baik. Jadi, intinya jangan pernah takut untuk mencoba dan melakukan kesalahan. Selalu lakukan yang terbaiki dan perbaiki setiap kesalahan, kita akan bangga dengan hasilnya. 

    Nah, dari job pertama itulah saya jadi semakin semangat belajar untuk menggeluti profesi ini. Dari itu pula, saya mendapatkan job-job lainnya sampai sebuah kesempatan yang nggak pernah saya bayangkan sebelumnya bisa dapat klien dari negara lain. Saya juga tertarik berbagi pengalaman ini, tunggu postingan #becomeafreelancer selanjutnya yaa :)



signature

Tuesday, June 14, 2022

Become a Freelancer: Melatih Kemandirian Lewat Kesendirian

    


    Saat pertama kali memutuskan untuk menjadi seorang freelancer, ketika itu saya belum memikirkan sama sekali alasan dan tujuan yang jelas terhadap keputusan tersebut. Namun, satu hal yang menjadi penggerak langkah saya pada waktu itu adalah rasa "kebebasan" yang saya impikan sejak lulus dari bangku sekolah. 

Ngomongin soal kebebasan, yang dulu saya bayangkan adalah semacam nggak terikat dengan perusahaan manapun alias saya bisa berdiri sendiri, hahaha padahal ujungnya ya tetap bekerja di perusahaan orang lain. Alih-alih menemukan kebebasan, justru di awal karir, saya malah dikejar deadline pekerjaan yang makin hari makin numpuk meskipun tiap hari saya sudah bekerja keras. Dari sanalah saya mengerti bahwa menjadi freelancer adalah bekerja secara mandiri dari manapun tanpa harus bertemu atau datang ke kantor. Hmm, cukup menarik bagi saya yang introvert ini.

Ketika itu saya baru berusia 19 tahun, tanpa arah yang jelas saya nggak tahu mau cari klien kemana dan siapa yang mau pakai jasa saya, setiap hari saya hanya buka facebook dan memposting sebuah tautan blog yang saya tulis. Gak cuma itu, tapi saya juga menyebarkan link blog saya ke berbagai grup fb yang saya ikuti, berharap ada orang yang mengunjungi blog dan meninggalkan komentar di sana untuk tulisan saya. 

Selama berbulan-bulan saya melakukan hal itu ternyata masih juga belum membuahkan hasil, gak kehabisan cara saya pun berkenalan dengan beberapa penghuni grup yang melakukan hal sama seperti saya dong. Dan akhirnya dengan cara itu saya mendapatkan 1 komentar di salah satu tulisan yang saya posting. Rasanya senang bukan main, saya jadi semakin bersemangat menulis saat itu. Hal lain yang saya lakukan untuk mendapatkan pengunjung blog ketika itu juga dengan mengirim pesan ke teman-teman fb saya dan meminta mereka meninggalkan komentar untuk tulisan yang saya posting. Hari demi hari komentar mulai membanjiri setiap postingan blog saya. Dan bagi saya, ini adalah sebuah permulaan yang baik. 

Dari sana-lah, dari kebiasaan saya menulis dan memposting blog serta menyebarkan link blog tersebut, saya mendapatkan job pertama saya sebagai freelancer. Bagi saya, menjadi seorang freelancer membuat saya terlatih untuk bekerja secara individu dan melatih kemandirian lewat kesendirian. Jujur, saya memang lebih senang ketika harus bekerja sendiri, terlebih ketika menulis saya amat sangat tidak nyaman saat berada di sharing room. Entah kenapa, kalau sendiri rasanya seperti semua ide-ide saya mengalir begitu aja dengan cepat. Lain hal ketika harus bekerja dengan banyak orang apalagi di ruangan tanpa sekat.

Ngomong-ngomong soal kemandirian dalam bekerja atau biasa disebut individual, saya memang terbiasa melakukan banyak hal sendiri. Bahkan, untuk mempelajari suatu hal meskipun itu secara teknis, saya melakukannya secara otodidak. Sebenarnya bisa dibilang saya hampir mempelajari segala  apa yang saat ini menjadi pekerjaan saya itu secara mandiri, tidak berguru seperti privat ataupun workshop dsb. Dan, pasti banyak dari teman-teman yang mengalami hal sama seperti saya saat memulai karir dulu ya? Kalau iya, seru kayaknya buat di share pengalaman-nya nih :D hehe

O iya, sebenarnya pembahasan ini masih panjang nih, dari klien pertama sampai berbagai tantangan yang saya hadapi sejauh menjadi seorang freelancer. Tapi tenang, kelanjutannya akan saya post di atas postingan ini yaa ;) Semangat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak supaya bisa saling mampir juga.

Salam sayang 



signature

Wednesday, April 29, 2020

Daily Recipe: Sweet Potato Pierogi with Honey (Cemilan Manis Berbuka Puasa)


Satu bulan lebih #StayAtHome ternyata membuat banyak orang jadi rajin berkreasi dan mencari-cari kesibukan selain Work From Home. Nah, kegiatan positif yang lagi cukup trending salah satunya adalah berkreasi pada masakan. Mulai dari resep kue, pudding, minuman, hingga berbagai resep lauk pauk yang kreatif banget bertebaran di mana-mana, dan gak cuma itu, menariknya lagi bukan hanya dari kalangan perempuan aja tapi udah banyak juga cowok-cowok terutama anak muda yang ikut terjun berkreasi lewat masakan. Kegiatan memasak di kalangan milenial tampaknya jadi semakin menyenangkan dengan adanya aplikasi TikTok, selain menjadi wadah menciptakan video yang asyik saat memasak, ternyata juga menjadikan mereka influencer dadakan. Ya sudah kita bukan mau bahas aplikasi itu kok, yuk lanjut ke resepnya berikut ini.

Eh! Tapi sebelum itu saya mau cerita sedikit awal mula bikin pierogi ini. Jadi beberapa pekan lalu teman saya menemukan sebuah resep pierogi di internet, kemudian saat itu juga dia langsung ke dapur untuk mencoba membuatnya. Dari resep yang ada, ternyata teman saya ini gak mengikutinya, justru malah membuat secara asal-asalan. Pierogi yang seharusnya di steam justru ia goreng dengan alasan kalau di steam takut gak enak karena pakai kulit pangsit yang terlalu tebal. Entahlah. Meskipun begitu, ternyata rasanya cukup enak, saya menyebutnya lumpia kentang karena lebih mirip lumpia ketimbang pierogi itu sendiri. 

Jadi, dari sanalah akhirnya saya buat Pierogi goreng ini, selain mudah membuatnya, bahan-bahan yang diperlukan juga tidak sulit dicari. Yuk langsung di simak resep sweet potato pierogi with honey berikut ini:

Bahan-bahan:

  • 10 lembar kulit pangsit

  • 150 gram ubi jalar *bisa diganti kentang

  • 1 sdt garam

  • 1 sdm gula halus

  • 3 sdm madu

  • 2 sdm margarin cair

  • 1 butir telur (kocok lepas)

  • minyak secukupnya untuk menggoreng

Cara membuat:

  1. Kupas ubi lalu cuci hingga bersih, kemudian rebus dengan api sedang hingga ubi matang

  2. Setelah matang, angkat dan tiriskan. Lalu haluskan menggunakan whisk

  3. Selanjutnya masukkan margarin, garam, gula halus dan madu, aduk hingga merata

  4. Siapkan kulit pangsit, ambil sebagian adonan ubi menggunakan sendok dan taruh pada kulit pangsit. Rekatkan pangsit membentuk segitiga dengan olesan telur.

  5. Goreng pada minyak panas dengan api sedang agar tidak gosong. Setelah agak kecoklatan lalu angkat, tiriskan minyak

  6. Sajikan hangat dengan topping madu di atasnya

Nah, gampang banget kan cara membuatnya. Eittss!!! cara menikmati pierogi di keluarga saya ini agak berbeda lho, kalau saya biasanya memberi topping madu, sedangkan anggota keluarga saya  lebih suka menyantapnya dengan saus sambal. Meskipun begitu, pierogi goreng ini cocok untuk di makan dengan saus sambal ataupun madu. Tekstur kulit pangsit yang digoreng begitu krispi dengan isian ubi manis yang lembut banget bikin menu berbuka puasa lebih istimewa. 



Sekadar info, penampakan pierogi yang sebenarnya itu kayak gini, isian untuk pierogi sendiri berbagai macam, bisa manis bisa gurih, pedas atau asin, sesuai selera masing-masing. Tapi resep yang saya bagikan kayaknya lebih familiar di lidah orang indonesia gitu hahaha. Selamat mencoba :)


signature

Thursday, April 23, 2020

Tamago Boro: Cemilan Renyah Yang Populer Di Jepang

 Tamago Boro

Malam-malam pas lagi asyik scrolling instagram tiba-tiba muncul video resep Tamago Boro, wah boleh nih dicoba. Buat kalian yang belum tau apa itu Tamago Boro, jadi itu tuh biskuit yang cukup populer di Jepang. Bentuknya bulat kecil-kecil, sesuai namanya Tamago yang artinya telur, dan pembuatannya juga menggunakan telur. Saya suka banget jadiin Tamago Boro sebagai camilan karena teksturnya yang renyah dan rasanya gak terlalu manis dan gak bikin sakit gigi.

Awalnya saya coba Tamago Boro ini saya kira biskuit kentang, soalnya pertama kali kayak ada rasa kentangnya gitu. Ternyata terbuat dari tepung jagung, tapi ada juga lho yang terbuat dari tepung kentang. Semenjak jarang pulang ke rumah ortu, saya jarang beli Tamago Boro dan kebetulan sempat lupa nama biskuitnya apa waktu itu. Karena sempat pengen banget saya cari di google seperti ini:

Hahaha, siapa yang suka nyari tau lewat google dengan ngetik kata kunci sesuka hati kayak saya? Karena saya cuma mau tau nama biskuit kentang yang bentuknya bulat, jadi saya cari seperti itu kata kuncinya. Alhasil ketemu deh. Yap, nama biskuitnya Potato Boro bungkus hijau persis yang sering saya beli di agen makanan ringan. Ternyata bener yang saya suka makan itu versi potatonya. Kalau belum pernah coba, rasanya itu renyah banget, gurih dan agak mirip kue sagu jajanan jaman dulu. 


Balik ke cerita awal saya mau bikin Tamago Boro sebagai cemilan setelah menemukan resepnya di instagram, yuk langsung aja dicoba.

Bahan-bahan:

  • 1 bungkus tepung maizena
  • 4/5 sdm kental manis
  • 2 kuning telur

Cara membuat:

  • Kocok kuning telur bersama dengan kental manis sampai tercampur rata
  • Masukan tepung maizena secara perlahan sambil diaduk
  • Pastikan adonan siap untuk dibentuk, apabila adonan terlalu kering bisa ditambah air sedikit
  • Ambil sedikit bagian dan bentuk bulat-bulat
  • Panaskan teflon dengan api sedang sebelum adonan diletakkan
  • Setelah dirasa teflon cukup panas, masukan adonan, tata rapi jangan berdempet
  • masak dengan api kecil -/+ 30 menit hingga adonan berubah warna dan tekstur
  • Angkat kemudian tunggu agak adem lalu masukan Tamago Boro ke toples kedap udara


Gampang banget bikinnya dan gak ribet, yang penting butuh kesabaran ekstra ketika membentuk adonan bulat kecil. Resep ini basic banget ya, kamu bisa coba buat dari resep yang bertebaran di youtube atau di cookpad gitu. Pertama kali bikin ini hasilnya gagal, sampai Tamago nya gosong karena kelamaan masaknya. Tapi karena masih penasaran jadi saya coba buat kedua kalinya, dan akhirnya berhasil. Renyahnya dapet. Selamat mencoba dan semoga berhasil yaa :)

Tamago Boro



signature

Work From Home: Kembali Jadi Freelancer Rumahan


Sekian lama menghilang dari kegiatan blogging, akhirnya saya memutuskan untuk kembali lagi. Sebenarnya sudah lama kangen nge-blog, tapi karena kesibukan kerja dan wara-wiri di dunia nyata, jadi saya vakum dulu sementara. Nah, sekembalinya saya ke dunia blogging, ada satu cerita yang saya bawa sejak pertama mulai menulis lagi. Ini nggak lain tentang kehidupan di masa pandemi yang sedang kita semua alami. Tapi saya gak mau bahas tentang virus, kalian semua pasti sudah bosan mendengar, melihat dan membacanya di seluruh media. Sesuai sama judulnya kok, saya mau bahas perihal Work From Home a.k.a WFH semenjak perusahaan tempat saya bekerja menerapkan kebijakan tersebut.

Jadi, perusahaan tempat saya bekerja menerapkan WFH sejak tanggal 20 Maret 2020, awalnya saya merasa nggak setuju karena toh jarak dari tempat tinggal ke kantor lumayan dekat, jadi buat apa WFH?. Tapi ternyata yang saya gak sadari adalah efeknya apabila kegiatan berkumpul di satu tempat memberi kemungkinan besar tertular virus. Well, hari pertama WFH saya agak merasa antusias karena pertama kali jumpa kawan melalui video conference. Itu artinya saya tetap harus mandi pagi dan berdandan. Biasalah, perempuan, dan saya juga tipe orang yang gak betah kalau kerja gak dalam keadaan "fresh". Sayangnya, di hari pertama saya mulai merasa kebingungan dan gak nyaman, tapi saya coba untuk tetap fokus ngerjain kerjaan saya. Kalian ada merasa gitu juga gak sih?

And then, hari ke-2, ke-3 WFH dan seterusnya saya bener-benar kehabisan ide dan merasa gak semangat kerja, bahkan setelah saya mengambil cuti 3 hari pun saya masih gak semangat dan gak fokus sama sekali. Di sela-sela waktu WFH juga, kadang saya gunakan untuk tidur, mandi, masak, pergi belanja, bahkan netflix-an. Stop! jangan ditiru. Hahaha. Ada yang kayak saya juga? 10 hari WFH berlalu, akhirnya setelah dikejar deadline saya pun memutuskan kejar konten dalam semalam untuk 2 minggu ke depan. Alhamdulillah, kelar! Pastinya seneng, tapi tetap hal kayak gitu gak boleh jadi kebiasaan. Tapi semenjak WFH, jam tidur saya jadi berantakan banget, berat badan saya juga turun 3 kilo, kemalasan bertambah, kehidupan jadi membosankan. Padahal, saya bangun dari seorang freelancer yang sudah habit-nya kerja dari rumah, cari ide tetap di rumah, ya pokoknya gak kemana-mana. Tapi masih aja merasa bingung harus melakukan apa ketika benar-benar dirumahkan. 

Tapi itu kemarin-kemarin saat saya memang tidak di rumah sendiri, alias saat jadi anak mess. Sekarang setelah kembali ke habit dan ke tempat di mana saya mulai, saya tau harus berbuat apa di kondisi seperti ini. Saya juga jadi jarang kehabisan ide, setiap hari ada aja yang bisa saya lakukan, misal ikut online course, baking, cooking, mengurus tanaman, bikin prosa, baca buku, belajar desain, sampai ngotak-ngatik blog. Dan akhirnya saya mulai menulis lagi. Memang selama WFH ini saya merasa kembali jadi freelancer rumahan lagi kayak dulu, cuma bedanya ada team-nya. Sedangkan dulu saat saya freelance saya gak punya tim dan kalau kehabisan ide gak di handle siapa-siapa jadi terpaksa harus memutar otak agar terus mengalir idenya. 

Hmm, tiba-tiba jadi mau bahas ini deh, ada gak sih dari kalian yang WFH dan baca blog ini mengalami ketidakpastian nasib kerja dari perusahaan seperti saya? Awalnya setelah diberi penjelasan sih saya terima aja karena pilihannya cuma dua, bertahan atau udahan "kayak pacaran aja :D" hahaha. Jadi waktu itu saya pilih bertahan karena perusahaan masih memenuhi kewajibannya dan saya juga masih bisa tinggal di mess dengan segala fasilitasnya. Tapi setelah WFH dihentikan sementara alias tidak bekerja, kelanjutan dari nasib kerja pun jadi tidak ada kepastian. Tidak bekerja sementara ternyata sama rasanya seperti menjadi pengangguran, walaupun setelah jeda ini tetap akan kembali WFH "katanya". Entahlah, meskipun begitu rezeki pasti gak akan tertukar, ya kan :)






signature

Sunday, February 18, 2018

Kangen Belitung, Ini Tempat Yang Wajib Kamu Kunjungi Di Jakarta


Setelah kembali dari liburan yang menyenangkan akhir tahun lalu, rasanya sulit untuk segera move on dari kenangan selama berada di Belitung. Ya, pulau yang terkenal lewat film laskar pelangi ini memang patut diacungi jempol. Selain karena terdapat pulau-pulau kecil yang menakjubkan, Belitung juga punya wisata kuliner bersejarah yang tidak boleh terlewatkan jika kalian datang berkunjung. Salah satunya adalah kedai kopi kong djie khas Belitung yang memiliki banyak cerita bersejarah dalam tiap gelasnya. Di kedai kopi ini kita tidak hanya dapat menikmati kopi khas Belitung saja, ada pula berbagai makanan khas yang bisa kita nikmati juga. Soal rasa, jangan diragukan lagi, kuliner khas Belitung memiliki cita rasa yang kuat yang membuat para penikmatnya susah untuk melupakan.

Namun, rasanya selalu ingin kembali lagi untuk menikmati keindahan pulaunya dan juga kulinernya. Tapi jangan khawatir, untuk kalian yang kangen dengan sajian kuliner khas Belitung kini sudah ada tempat menarik yang bisa mengobati rasa kangen kamu dengan Belitung di Jakarta lho! Seperti apa sih? Penasaran? Yuk simak ulasan berikut, Kangen Belitung, Ini Tempat Yang Wajib Kamu Kunjungi Di Jakarta

Kong Djie Coffee Jalan Biak

Kedai Kopi Kong Djie Di Jakarta

Kedai kopi khas Belitung yang belum lama dibuka ini menjadi salah satu tempat yang wajib kamu kunjungi di Jakarta. Pasalnya, kedai kopi kong djie ini tidak hanya menyajikan kopi khas Belitung melainkan juga masakannya yang cukup terkenal. Contohnya mie Belitung atep. Bagi kalian yang sudah pernah mencicipi masakan ini pasti tau dong ya kalau mie Belitung atep memiliki cita rasa berbeda dari sajian mie lainnya. Mie basah dengan taburan tauge, potongan tahu, kentang, telur rebus dan irisan mentimun disiram kuah udang yang kental dimakan bersama emping dan disajikan dengan tatakan daun simpor ini benar-benar menggugah selera. Mie Belitung atep merupakan sajian kuliner yang sangat terkenal di kota Tanjung Pandan dan hampir jarang dilewatkan oleh para pelancong ketika berkunjung ke Belitung. Selain kopi dan mie khasnya, ada pula sajian cokelat Belitung yang sangat nikmat. Untuk kalian yang tidak suka kopi, cokelat Belitung ini adalah penggantinya dan akan lebih nikmat jika disajikan hangat saat musim hujan.


Kedai Kopi Kong Djie Di Jakarta

Kalau kalian ingin minuman yang segar, di kedai kopi kong djie jalan biak ini juga menyediakan es jeruk kunci khas Belitung. Biasanya, di Belitung minuman ini disajikan bersama dengan mie Belitung atep. Kini, untuk bisa menikmati sajian kuliner khas Belitung ini tidak harus jauh-jauh terbang ke Tanjung Pandan, kita sudah bisa menikmatinya di kedai kopi kong djie yang ada di Jakarta.

Lokasinya ada di Jalan Biak No. 32A – Jakarta Pusat. Posisi kedai kopi ini memang ada di pinggir jalan, namun hampir sulit ditemukan karena tempatnya yang cukup kecil. Jika kalian berkunjung ke kedai kopi ini, jangan lupa untuk ber-foto karena interior desain kedai kopi ini cukup instagramable. Ada black board yang berukuran cukup besar yang diberi gambar mercusuar pulau lengkuas, logo khas kedai kopi kong djie, hingga daun simpor. Selain itu, pemilik kedai juga merupakan orang yang sangat ramah, mereka tidak segan untuk membantu mengambilkan beberapa foto untuk mengabadikan moment pengunjung saat berkunjung ke kedai kopi kong djie miliknya.

Beberapa Kedai Kopi Kong Djie Di Jakarta

Kedai Kopi Kong Djie Di Jakarta

Selain ada di Jalan Biak - Jakarta Pusat, kedai kopi kong djie juga ada di beberapa lokasi dengan pemilik yang berbeda tentunya. Berikut ini lokasi kedai kopi kong djie di Jakarta yang bisa kalian kunjungi untuk mengobati kangen dengan kuliner khas Belitung.

Kong Djie Coffee Tanjung Duren

Jalan Tanjung Duren Barat II No. 11A, Jakarta Barat

Kong Djie Coffee Gading Serpong

Ruko Gadget A63 Jalan Kelapa Lilin Utara, Kelapa Dua – Tangerang

Kong Djie Coffee Citra 6

Ruko Sixth Avenue J5A – 17 Citra Garden 6, Jalan Peta Utara Kalideres – Jakarta Barat

Kong Djie Coffee Kelapa Gading

Ruko Grand Orchard Blok D17, Jln. Terusan Kelapa Hybrida Kelapa Gading – Jakarta Utara

Kong Djie Coffee Green Lake

Green Lake City Ruko New Castle No. B17, Cipondoh – Tangerang

Kong Djie Coffee Mangga Besar

Jalan Mangga Besar No. 42E Kota Tua, Tamansari – Jakarta Barat

Kong Djie Coffee Mutiara Taman Palem

Ruko Mutiara Taman Palem C8 No. 3 Cengkareng – Jakarta Barat

Kong Djie Coffee PIK

Ruko Elang Laut Boulevard Blok M1 No. 6 Kamal Muara, Penjaringan – Jakarta Utara

Nah, untuk kalian yang belum pernah atau bahkan belum sempat mencicipi sajian kuliner khas Belitung, wajib untuk mampir ke kedai-kedai kong djie coffee yang ada di Jakarta.


signature
Not A Planning Blog © , All Rights Reserved.